Khawatir Dana Pendidikan Kabupaten Dogiyai Tahun 2013 Hilang

 Surabaya,” Dana pendidikan Kabupaten Dogiyai tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.  Rencana realisasi bantuan dana pendidikan dan kriteria-kriteria yang di muat dalam informasi dari Pemerintah Kabupaten Dogiyai Dikbudpora batas kirim data pelajar dan mahasiswa/pengusulan tanggal 25 Juni 2013 ini saya baca rasa terkejut dengan berbagai kriteria yang dimuat beberapa lembar kertas itu, menjelaskan harus memenuhi syarat-syarat oleh pelajar dan mahasiswa/i asal kabupaten Dogiyai yang ada di berbagai kota studi khusunya Jawa dan Bali dan umumnya se-Indonesia.  Kebijakan dikbudpora menyampaikan dengan tegas dalam bentuk tulisan tiga sampai empat lembar kertas rilisnya itu bahwa, wajib disiapkan kriteria yang saya kirim itu, seandainya anak yang tidak memenuhi syarat-syarat yang saya kirim itu tidak dilengkapi, dia tidak dapat dana Tugas Akhir (TA). Artinya anak tersebut bukan asal Kabupaten Dogiyai tegas kepala dinas itu.   Informasi ini langsung datang dari kepala dinas Dikbudpora Kabupaten Dogiyai sendiri kepada mewakilinya ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i (IPMADO) Se-Jawa dan Bali Martinus Pigome, sementara menjabat sebagai ketua kordinator kota studi Malang Provinsi Jawa Timur melalui via E-mail, sebetulnya  informasi tersebut langsung komunikasi ke IPMADO pusat, sebab IPMADO pusat sementara di kota studi Semarang Propinsi Jawa Tengah.  Harapan kami perlu update kembali kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Dogiyai dan dinas terkait, status kami disini kuliah, syarat sebanyak itu kami tidak mungkin disiapkan, kalau memang Pemerintah Daerah rasa kami sebagai generasi penerus Dogiyai, harapan kami pemerintah daerah  Kabupaten Dogiyai sendiri turun lapangan mendatakan ke setiap kota studi yang ada di Jawa dan Bali khususnya dan umununya se-Indonesia. Hal yang kami alami disini, mungkin bapak juga sudah pernah alami.  Berbagai pelajar dan mahasiswa/i asal Kabupaten Dogiyai tidak mungki siapkan syarat sebanyak itu, sebab kami disini menuntut ilmu. Kami tidak mau korban seperti tahun kemarin 2012, walaupun Pemerintah Daerah realisasikan dana pemondokan tahun sebelumnya, tetapi kami sangat tidak puas/tidak merasakan seperti bantuan dana tahun 2010 silam.  Mengingat kembali informasi yang dilontarkan oleh dikbudpora berbagai kriteria, salah satunya Pemerintah Daerah minta nomor rekening untuk di kirim ke person, ini saya pikir sangat tidak masuk akal dan sistem kekeluargaan , karena setiap tahun anggaran pendidikan bukan main miliaran rupiah, dana sebanyak itu di kemanakan? Untuk itu, kami minta Pemerintah Daerah Kabupaten Dogiyai harus tanggung jawab dan update kembali atas dana pendidikan yang hilang pada tahun 2012 itu.   Kami tetap tuntut dana pendidikan tahun 2012 yang digelapkan oleh kepala dinas Dikbudpora kabupaten Dogiyai. Kami tidak mau korban lagi seperti tahun 2012, Pemerintah terkait sendiri turun lapangan dan mendata lagi, alasannya kami tidak mampu syarat-syarat yang dikbudpora kirim itu. Saya khawatir dana pendidikan tahun ini juga digelapkan oleh dinas terkait.  Kami pelajar dan mahasiswa/i menunggu dana pendidikan Tugas Akhir (TA) tahun 2012 dan tahun 2013 ini. Salah satunya saya sendiri korban pada tahun 2012 yang silam, benar-benar waktu itu saya tugas akhir (TA) tapi, saat itu Pemerintah tidak realisasikan dana Tugas Akhir, hanya dana pemondokan Rp,30jt saja, itupun kami merasa sangat kurang sebab kota studi Surabaya dan Jakarta biaya kontrakan dan kos-kosan sangat lebih mahal daripada kota studi lainnya.   Rencara Anggara Pendidikan (RAP) tahun 2013 ini, seluruh mahasiswa/i yang ada di Jawa dan Bali menolak berbagai syarat-syarat yang telah mengirimkan oleh kepala dinas terkait. Pernyataan sikap oleh beberapa koordinator yang ada di Jawa dan Bali’, Menurut ketua kordinator Surabaya Dengkian Pigome tidak boleh persulit mahasiswa/i dengan persyaratan cukup banyak itu, karena kami sibuk dengan kuliah. Tugas Akhir adalah wajib bagi mahasisiwa/i asal Kabupaten Dogiyai. Senada juga John Paul Tebai ketua koordinator Bandung bahwa, harapan pelajar dan mahasiswa kurang paham sikap pemerintah kabupaten dogiyai, sebab syarat-syaratnya bikin pusing mahasiswa, kalau bisa pemerintah sendiri turun mendata setiap kota studi. Menurut Martinus Pigome ketua koordinator kota studi Malang pemda minta persyaratan ini bebani pelajar dan mahasiswa/i saja, sedang pemda paniai, Deiyai dalam pembagian dana Tugas Akhir dan dana Pemondokan pemda sendiri turun, sangat beda dengan pemerintah Kabupaten Dogiyai. Pendapat kota studi Semarang juga tidak masuk akal syarat-syarat seperti ini, kami Kabupaten Dogiyai butuh sumberdaya manusia, untuk itu harapan kami pemerintah terkait perlu pikir kembali dalam hal ini. Fery Goo ketua koordinator Jabodetabek berpendapat bahwa, sangat di sayangkan sudara kita yang tidak dapat bagian dari pemerintah Kabupaten Dogiyai, sebenarnya orang tuanya asal Dogiyai,tetapi orang tua pengabdi di Nabire, terasa kesal sikap pemda Dogiyai. Demikian juga kota studi Yogyakarta-Solo. Harapan dan kesatuan anak-anak generasi kedepan tercinta kabupaten Dogiyai, pemda daerah turun mendata, sebab alasan-alasan yang kami lontarkan itu sebagai pernyataan sikap kami keluarga besar Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i (IPMADO) se-Jawa dan Bali khususnya dan umumnya se-Indonesia.